Sungguh patut
disayangkan, banyak pabrikan cloth diapers saat ini hanya menciptakan
produk yang mengandalkan pada teknologi garment saja, seperti pemakaian
kain bamboo dan sejenisnya, tetapi sangat miskin inovasi pada
teknologi desain. Akibatnya sangat jelas, cloth diapers menjadi semakin
mahal, tetapi sangat sedikit terjadi peningkatan pada kinerjanya.
Bagaimanapun
juga, keresahan konsumen mencerminkan hal ini. Begitu banyak konsumen
bereksperimen dengan beraneka ragam merek cloth diapers yang tersedia
saat ini. Begitu rendah kesetiaan mereka pada merek. Semua akhirnya
menyadari bahwa pencarian pada cloth diapers yang tetap terasa kering
di permukaan dalam dan tidak bocor di permukaan luar setelah beberapa
kali pipis hampir tidak mungkin ditemukan!
Di sisi lain,
keresahan itu ditangkap oleh produsen sebagai peluang untuk menaikkan
harga jual dengan menciptakan isu-isu marketing yang sangat sedikit
menjawab masalah mendasar yang dihadapi cloth diapers. Isu kain insert
bamboo dan hemp misalnya, seolah-olah mampu menyihir cloth diapers
menjadi produk kesehatan berkinerja sangat tinggi. Kenyataannya sama
sekali tidak! Sudah lama diketahui oleh saintis di bidang textile,
bahwa karakteristik anti mikrobial itu dimiliki oleh kain microfiber
karena efek listrik statis yang dihasilkan dalam tahapan splitting
benangnya. Daya magnetik yang dihasilkan oleh kain microfiber, mampu
menarik zarah zarah mikroskopik lengket di permukaannya dan mati. Oleh
karenanya, serat apapun juga yang dipakai, maka yang paling menentukan
handal tidaknya kain microfiber itu bukan pada jenis serat yang
digunakan, tetapi pada teknologi pemrosesan benangnya, sehingga bisa
dihasilkan “titian serambut dibelah tujuh” secara sempurna!
Jika
demikian halnya, maka sia-sia saja apabila kain bamboo yang digunakan,
adalah hasil produksi mesin-mesin dengan kemampuan splitting yang
rendah. Apalagi kebanyakan kain bamboo yang beredar sekarang memiliki
grammasi yang ringan. Dengan dua faktor itu, maka kain bamboo secara
umum masih lebih rendah daya serap cairannya dibanding microfiber, dan
lebih rendah pula daya magnetik yang berfungsi mengeliminir zarah-zarah
mikroskopik dari luar.
Faktanya, teknologi microfiber
diindustrikan pertama kali di Korea pada awal 90-an. Teknologi itulah
yang kini sudah hadir di Indonesia melalui Mipacko Farrela. Teknologi
splitting benang microfiber yang digunakan Mipacko saat ini jauh lebih
baik dibanding mesin-mesin splitting dari daratan Cina yang digunakan
untuk memproduksi kain bamboo. Oleh karenanya, untuk grammasi yang
sama, kualitas microfiber Mipacko yang kini menjadi pemasok resmi
produk Bum Genius jauh di atas kain bamboo asal Negeri Cina. Super
Serap REBORN adalah satu-satunya produk yang menggunakan 4 layer kain
microfiber Mipacko
Teknologi water trapping system-nya,
menjamin cairan yang telah diserap oleh microfiber tidak kembali naik
ke permukaan. Desain pull up allsize dengan adjustable snap memberikan
kesempatan kepraktisan penggunaan maksimal bagi anak-anak aktif yang
kesulitan dengan penggunaan sistem velcro. Dirancang tanpa insert dan
tanpa lidah, SS REBORN mengubah pandangan bahwa bentuk cloth diapers
tidak mungkin sesimple bentuk pampers sekali pakai pada umumnya.
Singkat cerita, SS REBORN adalah produk allsize yang simple, praktis,
berdaya serap tinggi.
